Rabu, 04 Juni 2008

BAB I

PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang Masalah

Di Negara kita Indonesia, saat ini diterpa berbagi masalah, dari masalah ekonomi social, budaya dan seni. salah satunya yang pelik adalah pornoaksi dan pornografi yang melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh budaya dan seniman. Para tokoh agama dan masyarakat mengusulkan disahkanya Undang-ndang Anti Pornoaksi dan Pornografi (RUU APP), sedangkan para tokoh budaya dan seniman menolaknya. Dengan berbagai argumen dan alasan mereka tetap ngotot pada pendiriannya. Tokoh agama berargumen, bila undang-undang itu tidak disahkan maka moral bangsa akan mengalami kerusakan yang sangat parah, dan tokoh budaya dan seniman berpendapat, bahwa seni itu tidak terbatas oleh apapun, dan bila undang-undang itu disahkan maka, perkembangan dan kemajuan kesenian akan terpenggal.

Dalam pembahasan kali ini, kita akan membahas bagaimana seni dan budaya menurut prespektif agama dan demikian juda sebaliknya, serta adakah kesenian dalam agama? Jika ada, bagaimana seni agama itu ?.


  1. Rumusan Masalah.

Rumusan masalah yang digunakan dalam pembahasan kali ini adalah meliputi :

  1. Pengertia Agama.

Dalam bahasa arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-milah, sedang berdasarkan sudut pandang kebahasaan (bahasa Indonesia pada umumnya) Agma berasal dari kata sangsakerta yang artinya “tidak kacau”. Agama diambil dari dua suku kata, yaiu a yang berarti tidak, dan gama yang berarti kacau. Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia supaya tidak kacau. Agama dalam bahasa Inggris bermakna religion, dan religie dalam dahasa Belanda. Keduanya berasal dari bahasa latin, religio, dari akar kata religare yang berarti mengikat.1


  1. Pengertian Kesenian.

Setiap sesuatu indah dan menyenagkan hati serta menentreamkan jiwa adalah seni, baik berupa barang atau ide dan pikiran yang diciptakan oleh manusia.

  1. Pengertian Budaya.

Budaya berasal dari bahas sangsakerta, yaitu budi dan daya, budi berarti pikiran atau akal manusia, dan daya berarti karya cipta dan karsa manusia. Hal ini mengandung penertian bahwa budaya adalah ciptaan atau karya dan karsa yang berasal dari akal atau pikiran manusia yang telah tertuang dalam kehidupan, baik berupa karya yang diekspresikan berupa karya tangan, atau karya yang diekspresikan berupa adat, sosio, dan kultur.2

  1. Prespektif Agama Tehadap Budaya dan Sebaliknya.

Perbedaan mendasar antara agama dan budaya adalah budaya berasal dari pikiran manusia, sedangkan agama berasal dari Tuhan.

  1. Prespektif Agama Terhadap Kesenian dan sebaliknya.

Para pemeluk agama mengungkapkan bahwa kesenia dibagi menjadi dua yaitu keindahan yang diciptakan oleh Tuhan, dan keindahan yang diciptakan oleh manusia. Menurut para seniman, agama bagi seni adalah penjara, karena agama membatasi ekspresi dan apresiai seni. menurut mereka kesenian tidak dapat dibatasi oleh apapun. Setiap ekspresi pikiran yang menghasilkan keindahan adalah kesenian.

  1. Prespektif Budaya Terhadap Kesenian dan Sebaliknya.

Melihat sejarah kebudayaan dunia, setiap tahap perkenbangan peradaban dan kebudayaan, selalu diintepretasikan dengan hasil kesenian dan perkembangan kesenian.


BAB II

AGAMA, BUDAYA DAN KESENIAN

DALAM PRESPEKTIF MASING-MASING.


  1. Pengertian Agama.


Berdasarkan sudut pandang kebahasaan (bahasa Indonesia pada umumnya) Agma berasal dari kata sangsakerta yang artinya “tidak kacau”. Agama diambil dari dua suku kata, yaiu a yang berarti tidak, dan gama yang berarti kacau. Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia supaya tidak kacau. Agama dalam bahasa Inggris bermakna religion, dan religie dalam dahasa Belanda. Keduanya berasla dari bahasa latin, religio, dari akar kata religare yang berarti mengikat.3

Dalam bahasa arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-milah. Kata al-din sendiri mengandung berbagai arti. .Ia dapat diartikan al-mulk (kerajaan), al-khidmad (pelayanan), al-ikrah (pemaksaan), al-ihsan (kebijakan), al-adat (kebiasaan), al-ibadah (pengabdian) dan lain-lain. Sedangkan pengertian al-din yang berarti agam dalah nama yang bersifat umum. Artinya tidak ditujukan kepada salah satu agama; ia adalah nama untuk setiap kepercayaan yang ada di dunia ini.4

Namun, beberapa ahli yang mengungkapkan pengertian tentang agama banyak yang terpengaruh oleh ajaran yang mereka yakini, sehingga kadang-kadang terlatih sangat ekstern dan hanya bisa diterapkan pada agama smawi atau agama-agama yang banyak penganutnya saja.


  1. Pengertian Budaya.


Budaya berasal dari bahas sangsakerta, yaitu budi dan daya, budi berarti pikiran atau akal manusia, dan daya berarti karya cipta dan karsa manusia. Hal ini mengandung pengertian bahwa budaya adalah ciptaan atau karya dan karsa yang berasal dari akal atau pikiran manusia yang telah tertuang dalam kehidupan, baik berupa karya yang diekspresikan berupa karya tangan, atau karya yang diekspresikan berupa adat, sosio, dan kultur. Dalam bahasa arab, budaya berarti al-milah, yang juga dapat di-murodifkan dengan kata al-din yang berarti agama seperti pada pengertian di atas.5

Akan tetapi, dalam membedakan antara agama dan budaya para ahli berselisih pendapat. Satu pihak mengatakan bahwa perbedaan mendasar antara agama dan budaya adalah budaya berasal dari pikiran manusia, sedangkan agama berasal dari Tuhan. Mereka berpendapat bahwa agama adalah kepercayaan dan budaya adalah kebiasaan. Dilain pihak mengatakan bahwa agama tidak lain adalah budaya itu sendiri. Mereka berpendapat bahwa para pembawa agama (nabi) dan penganutnya, hanyalah berusaha mengintepretasikan pikiran bahwa kekuasaan yang tidak dapat dijangkau oleh akal adalah sebagi kekuasaan Tuhan. Dan juga berpendapat bahwa kemunculan agama hanyalah akal manusia yang berusaha mengatasi berbagai masalah yang muncul pada saat itu.

  1. Pengertian kesenian.


Setiap sesuatu indah dan menyenagkan hati serta menentreamkan jiwa adalah seni, baik berupa barang atau ide dan pikiran yang diciptakan oleh manusia. Ada pembatasan antara keindahan yang bersifat seni dan keindahan yang tidak bersifat seni. Keindahan yang bersifat seni adalah keindahan yang diciptakan oleh manusia, sedangkan keindahan yang diciptakan Tuhan bukanlah seni. Namun para seniman yang beragama kuat mengatakan bahwa keindahan yang diciptakan oleh tuhan-pun dikatakan seni. bedanya hanya kesenian Tuhan dan kesenian manusia. Keindahan alam semesta adalah kesenian Tuhan, dan keindahan yang tak dapat dilihat oleh indrawi atau keindahan yanag tidak dapat dijangkau oleh keterbatasan manusia yang oleh sang shufi dikataha keindahan spiritual adalah Kesenian Tuhan.

Hasil karya seni disebut kesenian, dan orang yang menciptakan kesenian disebut seniman. Namun, saat ini yang dikatakan seniman adalah seniman yang sudah mempublikasikan hasil karyanya, itupun masih terbatas oleh kesenian yang berupa buah tangan yang bersifat indrawi. Baik lukisan, arsitek atau kerajinan. Banyak dari sekian banyak seniman, namun tidak diakui sebagai kesenimanannya, hanya karena hasil karyanya tidak dipublikasikan. Dan kesenian yang dipublikasikanpun harus dinalai oleh para seniman yang telah terkenal, yang tidak memungkinkan dalam penilaiannya masih diselubuti kepentingan-kepentingan, baik pribadi golongan atau kasta dan kekuasaan.


  1. Prespektif Agama Terhadap Budaya Dan Sebaliknya.


Dilihat dari pengertian antara agama dan budaya yang telah kita bahas sebelumnya, dapat dikatakan bahwa antara agama dan budaya erat kaitannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan sejarah munculnya agama-agama. Bahwa setiap ada agama baru muncul, muncul pula kebudayaan baru. Sebagai contohnya adalah munculnya agama Islam. Budaya sebelum munculnya Islam dan budaya setelah munculnya Islam, sangatlah berbeda, yang tadinya berbudaya polytheisme (menyembah banyak Tuhan) manjadi budaya monotheisme (menyembah satu Tuhan).6

Seperti pada keterangan sebelumnya, bahwa perbedaan mendasar antara agama dan budaya adalah budaya berasal dari pikiran manusia, sedangkan agama berasal dari Tuhan. Mereka berpendapat bahwa agama adalah kepercayaan dan budaya adalah kebiasaan. Dilain pihak mengatakan bahwa agama tidak lain adalah budaya itu sendiri. Mereka berpendapat bahwa para pembawa agama (nabi) dan penganutnya, hanyalah berusaha mengintepretasikan pikiran bahwa kekuasaan yang tidak dapat dijangkau oleh akal adalah sebagi kekuasaan Tuhan. Dan juga berpendapat bahwa kemunculan agama hanyalah akal manusia yang berusaha mengatasi berbagai masalah yang muncul pada saat itu. Serta budaya agama tidak jauh dari budaya dimana agama tersebut muncul. Islam yang kental dengan budaya Arab pada masa kemunculan Islam dan hindu yang kental dengan budaya India pada masa kemunculan Hindu.7

Menurut para pemeluk agama, budaya tidak harus ditaati dan berlaku bagi umum (semua orang), namun, agama harus ditaati dan dijalankan oleh pemeluknya, serta berlaku hanya untuk para pemeluk agama tersebut. Sedangkan dari pihak budayawan mengatakan bahwa setiap agam mesti mempunyai ajaran, dan ajaran itulah yang lambat laun akan diklaim sebagai budaya suatu agama. Sebagai contoh pada masa pertumbuhan ajaran Islam terjadi dialog yang seru antara prinsip-prinsip ajaran Islam dengan prinsip-prinsip budaya manusia yang berkembang pada masa itu.

Dialog tersebut terjadi antara sahabat yang telah lama memeluk Iskam dan sahabat yang baru memeluk Islam. Sahabat yang te;lah loama memeluk Islam mengungkapkan bahwa ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran sebagai sebagai pedoman umat Islam, harus manjadi budaya Islam yang tidak boleh dicampur adukkan dengan kebudayaan diluar Islam. Namun sahabat yang baru memeluk Islam membantah dengan mengungkapkan, bahwa Islam harus mengambil dan mengadopsi budaya diluar Islam, asalkan tidak bertolak belakang dengan prinsip-prinsip Islam. Dari dialog tersebut bahwa anatra agama dan budaya tidak dapat dipisahkan, bahkan ada yang mengatakan ajaran suatu agama adalah kebudayaan agama itu. 8


  1. Prespektif Agama Terhadap Kasenian Dan Sebaliknya.


Para pemeluk agama mengungkapkan bahwa kesenia dibagi menjadi dua yaitu keindahan yang diciptakan oleh Tuhan, dan keindahan yang diciptakan oleh manusia. Keduanya dikatakan kesenian, bedanya hanya kesenian Tuhan dan kesenian manusia. Keindahan alam semesta adalah kesenian Tuhan, dan keindahan yang tak dapat dilihat oleh indrawi atau keindahan yanag tidak dapat dijangkau oleh keterbatasan manusia yang oleh sang shufi dikataha keindahan spiritual adalah Kesenian Tuhan.

Sedangkan menurut para seniman, keindahan yang diciptakan oleh Tuhan bukanlah kesenian. Kesenian hanya berasal dari ciptaan manusia. Walaupun keindsahan itu menyenangkan hati, namun bila keindahan itu diciptakan oleh Tuhan bukanlah kesenian dan tidak bias disebut kesenian Tuhan, tapi hanya disebut keindahan alam.9

Agama, dalam hal ini agama Islam mengenal kesenian sejak zaman rasulullah, akan tetapi, dalam Islam ada kesenia yang diperbolahkan dan ada kesenian yang tidak diperbolehkan. Pada masa rosulullah, seni yang tidak diperbolehkan adalah seni musik, karena ditakutkan dapat melalaikan manusia akan Tuhannya. Demikian juga para penyair pada saat itu dianggap rang munafik, karena mengatakan yang tidak sesuai dengan fakta, yang sebenarnya bahasa yang digunakan oleh para penyair adalah bahasa majaz, bukan bahasa logis. Sebagaiu contoh kata seorang penyair yang bernama QuaysWahai burung dilangit, pinjamkanlah sayapmu padaku, agar aku dapat melihat keagungan Tuhan dengan mengelilingi dunia”.10

Namun seiring berkembangnya zaman, lambat laun seni puisi banyak digunakan oleh para “Shufisme” untuk mengungkapkan keagungan Tuhan atau berdoa kepada Tuhan. Dan pada masa saat ini, meskipun hokum seni musik dalam islam masih diperdebatkan, namun para pemeluk Islam banyak yang menggunakannya. Bahkan dalam Islam ada seni membaca Al Quran dan seni sholawat yang diiringi ;lantunan musik.

Dalam Islam seni rupa, asalkan tidak melampaui batas kemusyrikan dan tidak menyimpang dengan ajaran Islam serta berakibat buruk, masih diperbolehkan. Dalm Islam juga tidak diperkenankan melukis atau membuat patung makhluk yang mempounyai nyawa, karena dfianggap menyerupai orang-orang yang menyembah berhala (patung).

Menurut para seniman, agama bagi seni adalah penjara, karena agama membatasi ekspresi dan apresiai seni. menurut mereka kesenian tidak dapat dibatasi oleh apapun. Setiap ekspresi pikiran yang menghasilkan keindahan adalah kesenian.


  1. Prespektif Budaya Terhadap Kesenian Dan Sebaliknya.


Melihat sejarah kebudayaan dunia, setiap tahap perkenbangan peradaban dan dan kebudayaan, selalu diintepretasikan dengan hasil kesenian dan perkembangan kesenian. Kebudayaan mesir kuno ditandai dengan seni arsitek piramida, kebudayaan yunani kuno ditandai adanya lukisan-lukisan yang menggambarkan kebudayaan masa itu. Dengan kata lain, budaya berkembang berdasarkan perkembangan kesenian, dan sebaliknya.11


























BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP.



    1. Kesimpulan.

Dari keterangan-keterangan yang telah dsibahas dapat ditarik kesimpulan bahwa antara agama, budaya dan kesenian sangatlah erat hubumgannya dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Namun disisi lain juga ada beberapa hal dari budaya dan kesenian yang merugikan agama, demikian juga sebaliknya. Sehingga kita harus berhati-hati dalam menafsirkan dari masing-masing bidang, untuk menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan naluri dan hati nurani kita.

    1. Penutup dan Saran.

Alhamdulillah berkat hidayah dan inayah dari Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tugas yang diembankan kepada penulis dengan lancar.

Penulis yakin bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaanya oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan sekali demi kesempurnannya, namun penulis mempunyai satu harapan, kiranya tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.

Semoga kita semua selalu dibimbing oleh Allah SWT dalam setiap langkah kita dan selalu ditenggelamkan kedalam samudra tauhidnya. Sekali lagi harapan penulis semoga kita selalu diberi jalan yang lurus, yaitu jalan keridloannya. Amiin.


Wassalam




Penulis






DAFTAR PUSTAKA



  1. Zuhairini, Dra. Dkk. “Sejarah Kebudayaan Islam”. Bumi Aksara. Jakarta. 2004

  2. Kahmad Dadang H. Dr. M.Si. “Sosiologo Agam” Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.

  3. Muhammad Kuncoro, “Sejarah Budaya”. Garuda Pustaka, Jakarta. 200.

  4. Dawam Annurrofiq, Drs. “Seni dan Budaya Indonesia” Gilang Pers, Surabaya, 1999.

1 Kahmad Dadang H. Dr. M.Si. “Sosiologo Agam” Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.


2 Zuhairini, Dra. Dkk. “Sejarah Kebudayaan Islam”. Bumi Aksara. Jakarta. 2004


3 Kahmad Dadang H. Dr. M.Si. “Sosiologo Agam” Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.

4 Ibid. 14

5 Muhammad Kuncoro, “Sejarah Budaya”. Garuda Pustaka, Jakarta. 200.

6 Kahmad Dadang H. Dr. M.Si. “Sosiologo Agam” Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.

7 Zuhairini, Dra. Dkk. “Sejarah Kebudayaan Islam”. Bumi Aksara. Jakarta. 2004

8 Kahmad Dadang H. Dr. M.Si Op. Cit.

9 Dawam Annurrofiq, Drs. “Seni dan Budaya Indonesia” Gilang Pers, Surabaya, 1999.


10 Kahmad Dadang H. Dr. M.Si Op. Cit.


11 Muhammad Kuncoro, “Sejarah Budaya”. Garuda Pustaka, Jakarta. 200

1


Tidak ada komentar: